Address
304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124

Work Hours
Monday to Friday: 7AM - 7PM
Weekend: 10AM - 5PM

Sepekan Dunia Pertambangan

Informasi Dunia Pertambangan Indonesia dan Luar Negeri dalam Sepekan Terakhir

Potensi Besar Nikel dan Pasir Silika Indonesia, Siap Jadi Pemain Global Kendaraan Listrik dan Panel Surya

Indonesia terus mengukuhkan posisinya sebagai pemain utama dalam sektor hilirisasi sumber daya alam dengan potensi besar dari nikel dan pasir silika. Kedua komoditas ini menjadi tulang punggung dalam pengembangan industri kendaraan listrik (EV) dan panel surya, yang semakin berperan penting dalam transisi energi global menuju teknologi ramah lingkungan.

The Reform Initiatives (TRI) Indonesia melalui risetnya mengungkapkan Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, mencapai 21 juta ton, atau 22,1% dari total cadangan global. Pada tahun 2020, Indonesia menyumbang 31% dari total produksi nikel dunia, menjadikannya pemasok utama bahan baku baterai kendaraan listrik. Bahkan, saat ini Indonesia menyumbang 60%-80% bahan baku nikel untuk baterai global. “Indonesia tidak hanya kaya akan sumber daya alam, tetapi juga memiliki strategi hilirisasi yang unggul. Nilai tambah dari hilirisasi nikel, terutama dalam produk baterai, bisa mencapai 67 kali lipat. Ini adalah bukti nyata komitmen pemerintah dalam menciptakan ekosistem industri yang berkelanjutan,” ujar Ketua Tim Peneliti TRI Indonesia, Unggul Heriqbaldi dalam keterangan tertulis.

Pria yang akrab disapa Eriq tersebut mengatakan, di sisi lain, potensi pasir silika Indonesia juga tak kalah menjanjikan. Dengan total cadangan mencapai 330 juta ton dan tambahan sumber daya kuarsit sebesar 297 juta ton, Indonesia menjadi salah satu negara dengan pasokan bahan baku melimpah untuk industri semikonduktor dan photovoltaic (PV) module. Kedua sektor ini krusial untuk mendukung panel surya sebagai salah satu teknologi energi terbarukan. “Hilirisasi pasir silika menjadi wafer silikon adalah langkah strategis untuk mendukung pengembangan PV module dalam negeri. Dengan dukungan teknologi tinggi dan investasi yang kuat, Indonesia memiliki peluang besar menjadi pusat industri teknologi tinggi dunia,” tutur Eriq yang juga dosen FEB Universitas Airlangga Surabaya.

Riset TRI tersebut juga menyatakan dengan cadangan nikel melimpah, Indonesia telah menarik perhatian produsen kendaraan listrik global. Perusahaan seperti Hyundai dan Wuling telah mendirikan fasilitas produksi di Jawa Barat, dengan kapasitas mencapai 260.000 unit kendaraan per tahun. Selain itu, Indonesia juga menargetkan menjadi salah satu dari lima produsen baterai terbesar dunia, dengan kapasitas produksi mencapai 700 GWh per tahun pada 2045. “Permintaan baterai global diperkirakan meningkat hingga 7.100 GWh pada 2045, dan Indonesia berpotensi memenuhi lebih dari 10% dari total permintaan ini. Ini adalah pencapaian besar yang mencerminkan visi jangka panjang pemerintah,” kata Eriq.

Sementara itu, pengembangan panel surya juga menjadi fokus utama. Hilirisasi pasir silika yang meliputi produk seperti tepung silika, resin-coated sand, hingga wafer silikon diharapkan dapat mendukung kemandirian Indonesia dalam teknologi photovoltaic. Produk-produk ini tidak hanya penting untuk memenuhi kebutuhan domestik tetapi juga berpotensi menjadi komoditas ekspor unggulan. Dukungan pemerintah terhadap hilirisasi nikel dan pasir silika terlihat dari berbagai kebijakan insentif yang mendorong investasi dan transfer teknologi. Selain itu, kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan perusahaan swasta juga terus diperkuat untuk memastikan keberlanjutan pengembangan industri ini. “Indonesia memiliki segalanya untuk menjadi pemimpin global dalam kendaraan listrik dan energi terbarukan. Dengan strategi yang tepat dan kolaborasi lintas sektor, kita tidak hanya akan meningkatkan nilai ekonomi tetapi juga memberikan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat,” ujar Eriq. Dengan langkah progresif ini, Indonesia tidak hanya menjadi raksasa sumber daya alam tetapi juga pilar penting dalam teknologi ramah lingkungan dunia. Hilirisasi nikel dan pasir silika adalah kunci untuk membuka pintu menuju era baru keemasan ekonomi dan teknologi Indonesia.

The Reform Initiatives (TRI) Indonesia bersama konsorsium yang terdiri dari Binus University, The Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Brawijaya Malang, dan FEB Universitas Indonesia telah menyelenggarakan penelitian terkait Hilirisasi di Indonesia dalam berbagai tema kunci. TRI Indonesia sendiri mengambil tema spesifik “Membangun Harmoni yang Produktif antara Pekerja Asing-Domestik dan Masyarakat Lokal: Tantangan, Kesempatam, dan Kebijakan Investasi Hilirisasi di Indonesia” yang dilaksanakan di Kabupaten Konawe – Sulawesi Tenggara dan Kota Batam – Kepulauan Riau. Hasil riset tersebut kemudian didesiminasikan oleh TRI Indonesia bekerjasama dengan FEB Universitas Nasional Jakarta pada Rabu (11/12/2024). (ars)

Sumber: ekbis.sindonews.com, 15 Desember 2024

Hilirisasi Jadi Kunci Meningkatkan Nilai Tambah Industri Mineral

Hilirisasi menjadi program strategis pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing Indonesia di tingkat global, termasuk produk mineral. Program ini tidak hanya berkontribusi pada optimalisasi potensi mineral strategis, tetapi juga menjadi motor penggerak pertumbuhan investasi yang memperkokoh industri nasional.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, dalam sebuah kesempatan menjelaskan bahwa investasi merupakan pilar utama dalam menjaga momentum pertumbuhan ekonomi nasional. Pada tahun 2024, target investasi diproyeksikan mencapai Rp1.900 triliun dan meningkat menjadi Rp2.100 triliun pada 2025. Salah satu sektor yang menjadi pengungkit utama dalam capaian ini adalah hilirisasi mineral kritis dan strategis. Airlangga menyoroti keberhasilan pengembangan Smelter PT Freeport Indonesia di Gresik sebagai contoh konkret dari program hilirisasi mineral Indonesia. Smelter ini dirancang untuk mengolah hingga 3 juta ton konsentrat tembaga setiap tahunnya, serta memproduksi berbagai produk turunan seperti emas sebanyak 60 ton. “Program hilirisasi dengan konsep Kawasan Ekonomi Khusus menjadi kunci dalam mendorong peningkatan nilai tambah. Contohnya di Gresik yang berhasil mendorong hilirisasi tembaga dan emas. Freeport sudah investasi sejak 1967, namun baru mampu membangun precious metal refinery seperti emas, perak, dan lain-lain pada akhir 2024 atau tahun 2025,” ujar Airlangga. Sebagai bagian dari komitmen mendukung agenda hilirisasi pemerintah, BUMN Holding Industri Pertambangan Indonesia MIND ID berperan aktif dalam mengoptimalkan pengelolaan sumber daya mineral nasional.

Corporate Secretary MIND ID, Heri Yusuf, menyampaikan bahwa hilirisasi mineral tembaga tidak hanya berorientasi pada peningkatan nilai tambah komoditas, tetapi juga mendukung transisi energi berkelanjutan. Heri menambahkan, pembangunan Smelter Freeport Indonesia di KEK Gresik merupakan bukti nyata kontribusi Grup MIND ID dalam memperkuat rantai pasok industri mineral di Indonesia. Dengan kehadiran smelter ini, nilai tambah dari pengolahan mineral strategis dapat dimanfaatkan secara optimal di dalam negeri. Lebih lanjut, Heri menjelaskan sinergi antara PT Freeport Indonesia dan ANTAM sebagai salah satu inisiatif strategis Grup MIND ID. Dalam kerja sama ini, ANTAM akan membeli 30 ton emas dengan tingkat kemurnian 99,99% dari PT Freeport Indonesia. Emas tersebut akan diolah di Pabrik Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia milik ANTAM menjadi produk logam mulia berkualitas tinggi. “Melalui hilirisasi, Grup MIND ID menciptakan rantai pasok industri yang terintegrasi untuk mengoptimalkan nilai tambah mineral. Langkah ini bertujuan memberikan manfaat maksimal bagi perekonomian Indonesia, sekaligus mendukung pencapaian target hilirisasi nasional,” ujar Heri. Editor: Mardiana Makmun

Sumber: investor.id, 17 Desember 2024

Batu Bara Belum Jadi “Kiamat”, Permintaan Dunia Tembus 8,7 Miliar Ton

Harga batu bara dunia kembali melemah walaupun permintaan batu bara dunia diperkirakan mencapai rekor baru pada 2024. Menurut data Barchart harga batu bara dunia acuan Newcastle pada perdagangan Kamis (19/12/2024) tercatat di US$127,75 per ton, turun 0,66% dari posisi sebelumnya. Penggunaan batu bara dunia diperkirakan akan mencapai rekor baru sebesar 8,7 miliar ton pada 2023 dan tetap berada di level hampir rekor selama beberapa tahun mendatang akibat krisis gas global yang dipicu oleh invasi Rusia ke Ukraina.

Menurut Badan Energi Internasional (IEA), sejak invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina menyebabkan kenaikan harga gas global, produksi, perdagangan, dan pembangkit listrik dari batu bara mencapai rekor tertinggi. IEA melaporkan bahwa pemulihan batu bara setelah penurunan selama pandemi Covid-19 membuat konsumsi bahan bakar fosil ini diproyeksikan mencapai puncak baru sebesar 8,77 miliar ton pada akhir 2023 dan dapat bertahan di level hampir rekor hingga tahun 2027.

Permintaan batu bara dari China untuk pembangkit listrik jadi salah satu faktor meningkatnya permintaan batu bara, di mana konsumsinya 30% lebih banyak bahan bakar ini dibandingkan seluruh dunia. Sementara di negara maju seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa, pembangkit listrik berbasis batu bara telah melewati masa puncaknya, menurut IEA, dengan perkiraan penurunan sebesar 5% dan 12% secara berturut-turut tahun ini. Di Inggris, penggunaan batu bara untuk pembangkit listrik telah berakhir setelah pembangkit terakhir di Ratcliffe-on-Soar, Nottinghamshire, menghasilkan megawatt terakhirnya pada bulan September, lebih awal dari tenggat waktu pemerintah pada tahun 2024. Permintaan batu bara di China diperkirakan akan tumbuh 1% pada tahun 2024 menjadi 4,9 miliar ton, yang merupakan rekor baru lainnya, menurut IEA. Sementara itu, India diproyeksikan mengalami pertumbuhan permintaan lebih dari 5% menjadi 1,3 miliar ton, level yang sebelumnya hanya dicapai oleh China.

IEA mencatat bahwa ledakan energi terbarukan yang diproyeksikan selama beberapa tahun mendatang diharapkan dapat menahan penggunaan batu bara hingga tiga tahun ke depan, meskipun permintan listrik di negara-negara berkembang diperkirakan akan melonjak, sebelum akhirnya permintaan batu bara mulai menurun pada akhir dekade ini. Keisuke Sadamori, Direktur Pasar Energi dan Keamanan IEA, mengatakan : “Penerapan teknologi energi bersih yang cepat sedang membentuk kembali sektor listrik global, yang menyumbang dua pertiga dari penggunaan batu bara dunia. Akibatnya, model kami menunjukkan permintaan global untuk batu bara akan mendatar hingga 2027 meskipun konsumsi listrik meningkat tajam.”

Namun, ia menambahkan bahwa faktor cuaca – terutama di China sebagai konsumen batu bara terbesar dunia – akan sangat memengaruhi tren jangka pendek permintaan batu bara. Kecepatan pertumbuhan permintaan listrik juga akan menjadi faktor penting dalam jangka menengah. CNBC INDONESIA RESEARCH (ras/ras)

Sumber: cnbcindonesia.com, 20 Desember 2024

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *