Address
304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124

Work Hours
Monday to Friday: 7AM - 7PM
Weekend: 10AM - 5PM

Sepekan Dunia Pertambangan

Informasi Dunia Pertambangan Indonesia dan Luar Negeri dalam Sepekan Terakhir

Melirik Potensi Pertambangan Timah di Bangka Belitung

INDUSTRI pertambangan timah telah membawa dampak yang sangat signifikan bagi perekonomian Indonesia, termasuk Bangka Belitung sebagai sentra produksi komoditas tersebut. Sayangnya, tata kelola niaga masih menjadi masalah pelik bagi industri tersebut.

Ketidakpastian tata kelola niaga ini membuka celah munculnya praktik penambangan timah ilegal. Akibatnya, manfaat atas komoditas ini tidak bisa dirasakan oleh masyarakat lokal secara optimal. Negara pun bakal menderita kerugian akibat praktik tersebut.

Lantas, bagaimana langkah pemerintah dan pengusaha dalam mengatasi permasalahan ini?

Wakil Ketua Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (PERHAPI), Resvani menilai, akar masalah industri pertambangan timah di Indonesia adalah pelacakan sumber keuntungan dari penjualan timah yang belum tertata dengan baik. Oleh karena itu, ia mengapresiasi langkah pemerintah yang telah menerapkan Sistem Informasi Mineral dan Batubara Antar Kementerian/Lembaga (Simbara) melalui Kementerian ESDM. Aplikasi ini pun sudah diintegrasikan dengan kementerian lainnya.

Simbara dipandang dapat melacak seluruh sumber asal timah di Indonesia. Sistem ini mampu mengetahui legalitas smelter pengolahan timah, termasuk kepatuhan pembayaran pajak dari pelaku usaha tambang tersebut.

“Simbara ini sudah jalan untuk komodiras batu bara, serta sudah jalan untuk komunitas nikel dan timah. Yang kita tunggu berikutnya, kita dorong terus untuk komoditas-komoditas yang lain,” ungkap dia dalam program Mining Zone, dikutip Selasa (7/1/2025).

Masalah berikutnya berkaitan dengan formalisasi izin yang kerap dikeluhkan pelaku usaha timah. Hal ini perlu diperhatikan karena kemungkinan ada pengusaha yang kesulitan mengurus perizinan, terutama perusahaan skala kecil. Terbukti, banyak Izin Pertambangan Rakyat (IPR) yang belum terbit.

Pemerintah harus benar-benar serius memberantas praktik pertambangan ilegal (Peti) agar industri timah bisa membawa dampak positif dan kesejahteraan bagi seluruh pihak, terutama masyarakat setempat. “Tentunya jika Peti ini berhasil diberantas, keuangan negara akan membaik dan kesejahteraan itu juga akan bisa dipenuhi,” ujarnya.

Sementara itu, Rektor Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung, Fadillah Sabri optimistis bahwa setiap permasalahan pasti ada harapan untuk perbaikan. Di sinilah momentum yang tepat sebenarnya bagi semua, tidak hanya PT Timah Tbk (TINS), melainkan juga pemerintah daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), hingga akademisi untuk ikut serta dalam memperbaiki tata kelola di industri pertambangan nasional.

“Saya menyarankan tata kelola timah ini harus diperbaiki. Karena apa? Sejak zaman saya kecil, timah itu selalu digaungkan akan habis, tapi tidak habis-habis tuh. Sebenarnya memang, karena pulau Bangka Belitung ini kan memang jalurnya timah,” jelasnya.

Oleh sebab itu, Fadillah berharap bahwa momentum perbaikan tata kelola industri timah tidak berakhir hanya menjadi sebuah diskusi saja. Harus ada ikhtiar baru dari seluruh pihak, sekecil apapun.

Sebab, timah telah menjadi bagian dari sejarah panjang Bangka Belitung. Dari generasi ke generasi, logam berharga ini menghidupi banyak keluarga, serta menjadi denyut nadi ekonomi dan kebanggaan daerah. Bagi Bangka Belitung, timah bukan sekadar sumber ekonomi, tetapi bagian dari jati diri yang harus dijaga.

Langkah untuk memperbaiki tata kelola bisnis timah harus terus digencarkan. Hal ini untuk memastikan kepatuhan regulasi oleh seluruh pelaku usaha dan menghindari praktik bisnis yang menyimpang.

Sementara itu, Peneliti Sejarah dan Kebudayaan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Dato’ Akhmad Elvian menuturkan, timah mulai ditemukan di Bangka Belitung sekitar tahun 1724 silam, bersamaan dengan penemuan lada di lokasi yang sama.

Kala itu, pemerintah Hindia-Belanda sempat membuat semacam ungkapan bahwa semakin banyak timah, maka negara tersebut akan semakin makmur dan kaya.

“Jadi segala sesuatu yang tidak berhubungan dengan timah itu dienyahkan oleh pemerintah Belanda. Karena timah itu membawa kekayaan bagi negara, timah juga membawa kemakmuran,” kata dia.

Seorang mitra tambang PT Timah Tbk, Aditya mengaku, kondisi di industri timah sudah berangsur membaik. Para mitra pertambangan timah sudah mulai bekerja secara normal. Dia juga mengapresiasi langkah pemerintah yang mulai gencar memberantas kegiatan pertambangan timah ilegal.

“Kalau masyarakat awam ini yang bekerja ilegal di lokasi-lokasi yang tidak ada izin, tidak ada apanya itu akan terganggu. Karena setelah ada kasus ini, kan memang pemerintah galak melakukan razia seperti penertiban di lokasi-lokasi IUP PT Timah yang masih ada timahnya,” ujar dia.

Senada, Penambang Rakyat, Ican menjelaskan, harga timah pada masa lalu tergolong mahal dan risiko penambangannya begitu besar. Namun, sekarang, para penambang bekerja melalui kolaborasi dengan mitra. Alhasil, kegiatan penambangan bisa berjalan dengan aman, legal dan bebas dari razia, serta dijamin atas risiko pekerjaan di lapangan.

“Memang harganya agak murah, namun semua terjamin. Kalau sendiri tuh kan kita juga kerja pun was-was karena takut ditangkap tuh kan. Kalau sekarang kan tidak lagi,” tukasnya.

Pada akhirnya, upaya perbaikan tata kelola tambang timah menjadi harapan besar bagi Indonesia. Regulasi yang kuat dan pengawasan ketat harus menjadi fondasi agar komoditas timah membawa berkah bagi masyarakat. Kasus penambangan ilegal mesti menjadi momentum penting untuk membangun tata kelola sektor pertambangan yang lebih bijaksana dan juga lebih transparan.

Reformasi bukan akhir, melainkan babak baru untuk masa depan yang lebih cerah bagi sektor timah dan juga perekonomian Bangka Belitung. Dari Bangka Belitung inilah langkah awal menuju masa depan yang lebih cerah, adil dan juga transparan bagi seluruh masyarakat Indonesia. (dpu/dpu)

Sumber: cnbcindonesia.com, 7 Januari 2025

Erick Thohir Sebut Smelter Inalum-Antam Produksi Perdana Alumina Maret 2025

KEMENTERIAN Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memastikan proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Mempawah Fase I yang merupakan bagian dari hilirisasi bauksit akan mulai memproduksi alumina pada Maret 2025.

Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, produksi tersebut akan mendukung subtitusi impor aluminium karena memiliki total kapasitas produksi 1 juta ton alumina per tahun. Artinya, impor alumina yang dilakukan selama ini sebesar 1,2 juta ton dapat berkurang signifikan.

“Ini yang akan kita dorong sekarang, bauksit yang sekarang sudah, nanti mudah-mudahan Maret ini di Kalimantan Barat, kita sudah bisa mulai produksi alumina sendiri,” kata Erick dalam agenda MINDialogue, Kamis (9/1/2025).

Meski masih terdapat potensi impor sebesar 200.000 ton, Erick meyakini terdapat potensi menyimpan devisa hingga US$300 juta lantaran importasi yang berkurang banyak.

Terlebih, dalam catatan Bisnis, PT Borneo Alumina Indonesia (PT BAI) yang merupakan usaha patungan antara PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) dengan PT Aneka Tambang Tbk. (Antam), juga akan mengembangkan SGAR Mempawah Fase II di Kalimantan Barat.

Sebelumnya, Direktur Utama MIND ID Hendi Prio Santoso mengatakan, proyek SGAR Fase II akan memilki kapasitas produksi alumina hingga 1 juta ton dan akan terintegrasi dengan smelter aluminium yang direncanakan dibangun dalam waktu bersamaan.

“Ini yang mudah-mudahan bisa menghilangkan impor atau paling tidak mengurangilah. Menekan angka impor serendah-rendahnya,” ujarnya dalam tayangan Coffee Time with May di channel youtube Bisnis.com, yang dikutip Kamis (3/10/2024).

Pengembangan smelter bauksit di Fase II akan menjadikan total kapasitas produksi SGAR Mempawah menjadi 2 juta ton. Adapun, pengembangan smelter aluminium disiapkan kapasitas produksinya mencapai 600.000 ton.

Hendi menjelaskan, dengan begitu total kapasitas produksi aluminium Grup MIND ID sebesar 900.000 ton, dengan tambahan produksi dari smelter aluminium di Kuala Tanjung sebesar 300.000 ton. Proyek ini diperkirakan rampung akhir 2027 atau awal 2028.

Adapun, proyek SGAR Fase I dan II total investasinya hampir mencapai US$2 miliar. Perinciannya, untuk Fase I menelan investasi US$941 juta, dan Fase II berkisar US$800 juta hingga US$900 juta, serta pembangunan fasilitas pendukung lainnya, sehingga total mencapai sekitar US$2 miliar. Editor : Denis Riantiza Meilanova

Sumber: ekonomi.bisnis.com, 9 Januari 2025

Proyeksi Batu Bara 2025 Suram, Harganya Sepekan Ambles 8%

HARGA batu bara dunia dalam sepekan tumbang 8% lebih seiring dengan proyeksi permintaan yang stagnan pada 2025. Hal ini membuat harga batu bara juga diprediksi melemah.

Berdasarkan Refinitiv harga batu bara dunia acuan Newcastle pada perdagangan Jumat (10/1/2025) tercatat US$113,5 per ton, turun 8,1% dalam sepekan.

Badan Energi Internasional (IEA) memprediksi pada 2025, pertumbuhan konsumsi batu bara dunia diperkirakan akan melandai bahkan hanya mencapai 0,34% yoy menjadi 8.801 juta ton.

Permintaan batu bara dari China diperkirakan akan cenderung stagnan pada 2025 dengan konsumsi 4.940 juta ton. Jumlah tersebut hanya tumbuh 1 juta ton atau hanya 0,02% dari konsumsi 2024 sebesar 4.939 juta ton.

Sementara India, konsumen batu bara terbesar kedua dunia, diperkirakan akan memiliki konsumsi sebesar 1.363 juta ton pada 2025. Jumlah tersebut pun hanya tumbuh 48 juta ton atau 3,65% dari 2024 sebesar 1.315 juta ton.

Konsumsi batu bara China dan India yang cenderung melandai karena adanya pengembangan energi hijau yang mulai mengambil pasar batu bara sebagai sumber energi.

Pada Agustus 2024, sumber listrik tenaga air di China meningkat 10,7% pada Agustus dibandingkan bulan yang sama tahun 2023, mencapai 163,5 miliar kWh, meskipun laju pertumbuhan melambat dari lonjakan 36,2% pada bulan Juli.

Kontribusi energi terbarukan juga terus meningkat, dengan produksi tenaga surya melonjak 21,7% dibandingkan tahun sebelumnya, sementara tenaga angin naik 6,6%. Pembangkit listrik tenaga nuklir naik 4,9% pada Agustus.

Selain itu, China Three Gorges Renewables Group Co. berencana membangun pusat pembangkit listrik besar yang memadukan energi angin, matahari, batu bara, dan baterai di Gurun Taklamakan, menurut pengajuan perusahaan tersebut pada Rabu.

Proyek tersebut akan mencakup panel surya dengan kapasitas 8,5 gigawatt, turbin angin berkapasitas 4 gigawatt, enam pembangkit listrik tenaga batu bara dengan kapasitas 660 megawatt, dan penyimpanan baterai sebesar 5 gigawatt-jam, menurut pengajuan tersebut.

Proyek ini merupakan bagian dari rencana untuk memanfaatkan lahan gurun yang tidak terpakai di China guna menghasilkan listrik bersih dan menyalurkannya melalui jalur transportasi jarak jauh ke kota-kota padat penduduk.

Perusahaan tersebut juga mengumumkan rencana untuk menginvestasikan hingga 4,7 miliar yuan atau Rp10.38 triliun(kurs=Rp2.208,48/yuan) pada proyek angin lepas pantai dengan kapasitas 400 megawatt di lepas pantai provinsi Fujian.

Sementara itu, India akan menambahkan kapasitas energi surya dan angin sebesar 35 gigawatt (GW) ke jaringannya pada tahun yang berakhir Maret 2025, kata seorang pejabat tinggi kepada Reuters. Hal ini dilakukan dalam upaya memenuhi target energi bersih 2030 setelah gagal mencapai target energi terbarukan 2022 yang sebelumnya diumumkan.

India menambahkan total kapasitas energi terbarukan sebesar 10 GW pada periode April-Agustus 2024, sehingga total kapasitasnya mencapai sekitar 153 GW, menurut data pemerintah hingga Agustus 2024.

Prospek batu bara dunia pada 2025 diperkirakan akan lebih lesu dari tahun lalu di tengah permintaan yang terus melaju. Bahkan pada 2023 dan 2024 permintaan atau konsumsi batu bara dunia mencapai titik tertinggi sepanjang masa.

Bank dunia memperkirakan harga batu bara global akan melandai pada 2025 karena permintaan dari China yang diperkirakan akan moderat.

“Harga diproyeksikan turun sekitar 12 persen pada tahun 2025 dan 2026, setelah penurunan yang diperkirakan lebih dari 20 persen pada tahun 2024,” menurut Bank Dunia (3/12/2024).

Rata-rata harga batu bara dunia perkiraan Bank Dunia adalah US$120 per ton pada 2025. CNBC INDONESIA RESEARCH (ras/ras)

Sumber: cnbcindonesia.com, 12 Januari 2025

Harga Nikel Diramal Panas Lagi Gara-gara Indonesia

HARGA nikel diprediksi panas lagi tahun 2025, setelah Indonesia, produsen terbesar di dunia, berniat membatasi kuota penambangan nikel. 

Berdasarkan laporan carboncredits.com, dikutip Minggu (12/1/2025), Indonesia memasok 56% nikel dunia pada 2024. Tahun ini, produksi nikel Indonesia diproyeksikan naik 7,7% menjadi 2,4 juta ton. 

Namun, angka itu bisa berubah, seiring rencana Indonesia mengurangi kuota penambangan nikel. Imbasnya, produksi bijih nikel bisa turun dari 272 juta ton pada 2024 menjadi 150 juta ton. Tak ayal lagi, pasokan nikel global bisa berkurang hingga 33%. 

Bank investasi Australia, seperti dikutip Bloomberg, memprediksi hal itu bisa mendongkrak harga nikel. 

Sejauh ini, langkah Indonesia membatasi kuota nikel memicu gangguan pasokan. Tahun 2024, banyak pemain mengambil bijih nikel dari Filipina. 

Meski ada harapan harga naik, pasar masih melihat kelebihan pasokan menjadi ancaman harga. Ini dibarengi oleh lemahnya permintaan dari sektor baja nirkarat sekaligus baterai EV, dua industri yang banyak menyedot nikel. 

Data Trading Economics menunjukkan, harga nikel naik 2,25% sepanjang 2025 menjadi 15.665 per ton. Harga nikel pernah menyentuh ATH di level US$ 54.050 per ton pada Mei 2007.

Harga Wajar 2025 

Berdasarkan riset DBS Group Research, saham nikel sudah jenuh jual, sehingga valuasi berada di titik nadir. Padahal, harga nikel berpeluang bangkit mulai tahun ini, ditopang ekspektasi berkurangnya surplus.

Menurut DBS, surplus nikel diprediksi naik menjadi 376 ribu ton tahun 2025 dari estimasi 2024 sebanyak 268 ribu ton. Namun, pada 2026, surplus bakal menciut menjadi 298 ribu ton. 

Penyebab lonjakan surplus nikel tahun ini adalah banjir pasokan nikel dari Indonesia, seiring masifnya agenda ekspansi. Tetapi, mulai 2026, pasokan nikel bakal berkurang, karena pemain yang tidak kompetitif bakal tumbang.

DBS menilai, harga nikel saat ini berada di bawah biaya kas. Ini akan menyulitkan para pemain yang tidak kompetitif untuk memacu produksi. Makanya, institusi keuangan ini memprediksi harga nikel naik 4,1% menjadi US$ 17.500 per ton pada 2025 dan menyentuh US$ 18.500 per ton pada 2026. Editor: Harso Kurniawan

Sumber: investor.id, 13 Januari 2025

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *